Tugas softskill : kesan moralyang memiliki nila-nilai keindahan ,kesenangan,warisan kultural
Contoh nilai-nilai Keindahan Dalam Keluarga (Harmonis)
DONGENG SARAT PESAN MORAL
Setiap orang tentunya pernah
mendengarkan sebuah dongeng. Dahulu, dongeng diceritakan secara lisan
atau dituturkan dari mulut ke mulut. Anak-anak sangat suka ketika orang
tua mereka mendongeng, apalagi dongeng pengantar tidur. Imajinasi
seorang anak akan berkembang ketika mendengarkan dongeng. Anak-anak akan
membayangkan tokoh, tempat, dan peristiwa yang dikisahkan.
Dongeng adalah suatu karya sastra yang
menceritakan sesuatu hal yang tidak nyata atau tidak mungkin terjadi
(fantasi). Dunia dalam dongeng merupakan cerita rekaan yang terkadang
tidak logis apabila dikaitkan dengan dunia nyata. Contohnya, tokoh
binatang yang bertingkah laku seperti manusia, benda-benda yang dapat
berbicara, dan keajaiban.
Dunia rekaan dalam dongeng itu dapat
merangsang keingintahuan pembaca, terutama anak-anak. Anak mempunyai
imajinasi yang sangat luas. Sangat dianjurkan untuk diwarnai dengan hal
yang sifatnya positif. Pengenalan dongeng sejak dini akan membantu
mereka mengerti tentang dunia dan meningkatkan kemampuan berbahasa.
Seorang anak akan berkembang kemampuan bahasanya apabila mereka selalu
mengasah kemampuan berbicara dan berwawasan. Pengetahuan dapat diperoleh
salah satunya dengan membaca buku.
Dongeng itu beragam jenisnya, antara lain
mitos, legenda, sage, fabel, parabel, dan cerita jenaka. Dongeng
mempunyai edukasi atau bersifat mendidik. Nilai pendidikan atau nilai
moral dapat ditemukan setelah membaca dongeng tersebut. Pesan moral yang
disampaikan merupakan petunjuk bertingkah laku di masyarakat. Misalnya,
ajaran baik dan buruk, tidak boleh sombong dan durhaka, menjaga
keutuhan masyarakat, menghormati orang tua, belajar hemat, introspeksi
diri dan kebijaksanaan.
Nilai-nilai yang tersirat dalam dongeng
tersebut apabila dihayati dan dilaksanakan maka akan tercipta kehidupan
yang harmonis. Di negara ini tidak akan terjadi kekacauan apabila warga
masyarakatnya melaksanakan nilai-nilai.
Selain mempunyai fungsi edukasi, dongeng
juga berfungsi sebagai hiburan. Anak-anak akan terhibur dengan berbagai
kelucuan dan hal yang tidak masuk akal. Misalnya, cerita Abunawas, Pak
Pandir, dan si Kabayan. Cerita di dalam dongeng sifatnya ringan, dan
sudah disesuaikan dengan pemahaman dunia anak-anak.
Dongeng sangat bermanfaat sekali bagi
pembelajaran anak-anak. Karena mempunyai nilai didaktis dan hiburan.
Oleh karena itu, mari kita tingkatkan gerakan gemar membaca. Supaya anak
Indonesia berpengetahuan luas dan santun berbicara!
Post / Url : http://zee.smp3panggang.sch.id/?p=17
Contoh nilai-nilai Warisan Kultural
Keris Dalam Budaya Masyarakat Madura
Selama ini masyarakat luas mengenal
pulau Madura hanya dari aspek kebudayaan yang berupa kerapan sapi dan
carok. Kerapan sapi dianggap sebagai ikon masyarakat madura di bidang
hiburan dan seni pertunjukan, sedangkan carok dianggap sebagai sebuah
aktifitas masyarakat yang berkaitan dengan kepribadian umum masyarakat
Madura. Masyarakat Madura dikenal juga sebagai etnis yang religius dan
menampilkan kesan kelompok masyarakat yang fanatik terhadap agama yang
dianut dan diyakininya.
Sebenarnya masyarakat Madura hidup
dengan aspek budaya yang unik, karena didalam kehidupan masyarakat
Madura sendiri memiliki pola dan pandangan hidup yang berbeda-beda.
Secara administratif pemerintahan, Madura dibagi menjadi empat
kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Walaupun
secara garis besar suku bangsa mereka sama-sama berasal dari suku bangsa
Madura, namun masyarakat di masing-masing kabupaten didalam aktifitas
kesehariannya memiliki corak dan khas yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil pengamatan sementara,
pandangan hidup antara masyarakat Madura pesisir utara dan masyarakat
Madura yang berada di pesisir selatan memiliki perbedaan pola dan
pandangan hidup. Masyarakat Madura yang berada dibagian pesisir utara
terkesan memiliki pola dan pandangan hidup yang masih tradisional,
bahkan terkesan sebagai kelompok masyarakat yang terbelakang dalam
bidang pendidikan yang berbeda dengan masyarakat Madura yang berada di
pesisir selatan yang dianggap kelompok masyarakat yang sudah mulai
mengalami masa transisi menuju masyarakat modern.
Selama ini masyarakat banyak yang kurang
memamahi kebudayaan Madura yang esensial. Masyarakat hanya memahami
kebudayaan Madura dari sisi permukaan saja, tanpa memahami konsep umum
kebudayaan Madura. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya
literatur yang berkaitan dengan penelitian terhadap kebudayaan Madura
secara khusus dan mendalam. Selama ini, literatur yang ada hanya
menggambarkan perkembangan budaya masyarakat Madura secara universal dan
terkesan bersifat subjektif.
Untuk ketaatan terhadap agama,
masyarakat Madura terkesan kelompok masyarakat yang fanatik terhadap
agama yang dianutnya. Ketaatan mereka terhadap agama juga diiringi
dengan perhatian mereka terhadap hal-hal yang berbau magis, seperti
dalam upacara perkawinan,kelahiran, kematian dan beberapa hal yang
berkaitan dengan mata pencaharian mereka serta perlakuan masyarakat
terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan magis.
Perhatian mereka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan magis dan ritus
turut mewarnai dan memberikan peranan yang penting dalam pelaksanaan
kehidupan masyarakat Madura.
Salah satu bentuk kepercayaan terhadap
hal yang berbau magis tersebut adalah perhatian masyarakat Madura
terhadap benda pusaka yang berupa Keris ataupun jenis tosan aji yang
lain. Keyakinan masyarakat terhadap nilai-nilai magis yang terkandung di
dalam benda-benda pusaka tersebut menyebabkan masyarakat Madura
memiliki dan menyimpan benda pusaka tersebut di rumah atau bahkan
menjadikan benda-benda- tersebut sebagai sebuah “sikep”. Perburuan
terhadap keberadaan benda-benda pusaka itu dilakukan masyarakat Madura
hingga ke daerah luar Pulau Madura.
Keris dianggap sebagai sebuah benda yang
keramat oleh masyarakat Madura memiliki karakter yang unik dan khas
yang dapat menandakan corak perkembangan kehidupan masyarakat dari masa
ke masa. Selain itu ciri khas dan unik yang terdapat pada keris juga
dapat menjadi sistem pertanda tentang kehidupan sosial masyarakat Madura
yang paternalistik.
Selain mengandung unsur-unsur religi,
keris juga memiliki unsur-unsur lain yang terkandung didalamnya. Unsur
seni yang terdapat pada sebuah keris tidak hanya pada sisi estetika
saja, namun dari sisi religius dan etika masih tetap ditampilkan. Sisi
religi pada sebuah keris bisa ditampakkan melalui keyakinan masyarakat
terhadap kekuatan magis yang terkandung pada sebuah keris, hingga
menimbulkan tradisi.- dalam memperlakukan sebuah keris seperti tradisi
mewarangi, atau memabndikan keris, tradisi “ngokop” keris pada hari-hari
tertentu, dan memolesi dengan minyak yang harum. Sedangkan sisi etika
dalam sebuah keris ditunjukkan melalui cara mereka dalam menyandang
keris, membuka keris, dan sebagainya, bahkan dalam memilih kerispun
dengan cara meminta pertimbangan pada pemimpin sosial-religi masyarakat.
Kebiasaan masyarakat untuk meminta pandangan dari tokoh-tokoh sentral
masyarakat masih berlangsung hingga masa kini.
Secara umum, pandangan atau konsepsi
masyarakat Jawa dan Madura memiliki beberapa perbedaan yang dianggap
menjadi ciri khas dari masing-masing budaya. Perbedaan konsepsi inilah
yang akan menjadi titik tekan dalam proses pembuatan makalah ini.
Perbedaan konsepsi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah bentuk kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang memiliki
perbedaan. Secara sederhana kita dapat menilai bahwa kehidupan
masyarakat Jawa dan Madura memiliki perbedaan. Namun yang menjadi titik
tekan dalam makalah ini adalah perbedaan konsepsi dan persepsi
masyarakat terhadap sebuah benda pusaka yang bernama keris.
Post / Url : http://www.lontarmadura.com/2011/05/19/keris-dalam-budaya-masyarakat-madura-4/